Perumpamaan yang
sering di pakai orang lain untuk mengekspresikan bahwa seharusnya kita harus
bersyukur dengan apa yang kita miliki. Kondisi masyarakat konsumtif suka sekali
melakukan perumpamaan ini. Jelas karna faktor ekonomi yang menekan mereka, atau
faktor kecemburuan sosial,,tapi lebih tepatnya faktor “tiarapnya ruhiyah”,,,
istilah yang aneh mungkin, “ruhiyah kok tiarap”,,, percokolan antara nafsu
dunia dengan realitas sebenarnya menjadi perbincangan yang riuh di dalam hati
setiap orang,,,pingin sesuatu tapi ga punya uang, tetangga/orang lain punya
duit dikit, atau lebih dari yang seharusnya jadi “iri, pingin dan jadi gosip
sampah”
Knapa kita tak
bisa bersyurur dengan apa yang kita punya, dan nikmati hidup kita bersama dengan
orang lain, manfaatkan apa yang ada padamu, buatlah kebermanfaatan yang besar
atas dirimu dan yang kamu miliki untuk orang disekitarmu…
“tidak boleh
hasad kecuali pada ahli-Qur'an dan kepada ahli-sedekah” begitu disarikan dalam
hadits riwayat Bukhari-Muslim.
maka mendengar tilawah saudara lalu
ghibthah (menginginkan) agar kita seperti itu, itu adalah sikap yang terpuji
lagi baik, maka melihat sedekah saudara lalu ghibthah (menginginkan)
agar kita sama sepertinya, itu pun sikap baik lagi terpuji, hasad boleh pada ahli-Qur'an dan ahli-sedekah,
selainnya hasad terlarang, apalagi hasad pada kekayaan, hasad pada fisik? Naudzubillah
mensyukuri apa yang dimiliki, bersabar atas apa yang belum dipunyai semoga Allah pun selalu ridhai,,,
Syukurilah apa yang kita punya,
Sehijau hijaunya rumput tetangga, masih
lebih halal dan lebih baik rumput sendiri, insya Allah,,,
“Be Positif Thingking”
arfah 06122012
saya selalu mencoba untuk bersyukur ukhti :) ...
BalasHapus