“Maaf” itu yang bisa aku katakan di
pertemuan singkat kita sore itu.. Bisu dari keheningan sore,,, aku pergi tandasku
lagi… aku mencoba melupakan semua dan pergi jauh untuk memastikan bahwa ini
hanya perasaan yang kubuat sendiri. Pasti ini perasaan yang kubuat sendiri,
tegasku meninggalkan semuanya… dan ada serpihan hujan sore itu. Gumamku semakin
meyakinkan aku untuk cepat-cepat pergi.
Jum’at, hari istimewa,,, ini
hujan pertama yang aku rasakan di Ibukota. tak sedamai hujan yang aku rasakan
saat memeluknya di kaki gunung semeru. Masihkah sama dengan yang aku peluk
dulu? Masih sama, kataku pelan dan merasakan sedikit rasa sakit…
Apa pedulimu? ya aku tau ini
konyol… ini perasaan yang kubuat sendiri dan aku rasakan sendiri, dan merasakan
sakitnya sendiri… haaarghh sungguh terlalu, aku buat sendiri dan aku merasakan
sakitnya sendiri…bukankah itu perbuatan yang sia-sia..benar-benar ini sangat
konyol dan sia-sia. (aku tertawa sejenak dan kembali diam),,,
Dan untuk pertama kalinya aku menangisi
dirku sendiri,,, bodoh kataku!!!
“Rabbana Dzolamna anfusana wa illamtakhfirlana watarhamna lanakunanna
minal khosirin”
Doa ini tak bisa menghentikan
tangisku di subuh itu….
Selalu berulang-ulang dan ini tak
bisa kusudahi…
Bisakah aku memeluk hujan lagi,,,
kataku pedih subuh itu,
Ku jawab sendiri “sudahlah,
tinggalkan saja…
Bolehkah aku menunggu kataku lagi
pada diriku,,
Jawabku “jangan mengulang perbuatan
yang sia-sia lagi”
Menangis, berdoa,,, dan ini tak
bisa ku hentikan,,,
Jakarta Hujan,
21 April 2013
0 comments:
Posting Komentar