Setiap orangpun memberikan idenya
sekarang karna kasus partai yang terjadi. Salah seorang al ukh mendatangiku dan
bertanya, “gmana ini ukh, bagaimana pendapat anti tentang kasus yang melanda
partai”. Posisiku bukanlah siapa-siapa yang bisa mengeluarkan statement tentang
apa yang terjadi, bayan sudah di keluarkan, proses juga sedang di jalani dan
mendoakan cara terbaik bagi kita yang jauh jaraknya dengan qiyadah kita.
Membuat statemen sendiri itu
lebih menjerumuskanmu kepada hal-hal mendahulukan nafsu. Hujatan dan rasa kecewapun
keluar, dan sungguh tak adil menurutku ketika qiyadah kita dalam kesusahan kita
menghujat bahkan berfikir untuk mundur teratur dari dakwah ini. “bukankah kita
satu tubuh?” bila bagian yang lain merasa sakit, sakit pula seluruh tubuh.
Hasil proses hukumpun belum
selesai, kecaman dan statemen setiap orang datang silih berganti, bunyi sms di
hp silih berganti masuk dan menanyakan “pertanyaan yang sama”. Boleh kritis
tapi bukan menghakimi, ini realitas yang terjadi dan langsung di hadapannku. Ujar
salah seorang kader “ana ga akan membela ustad, biarin aja. Knpa orang diatas
itu selalu buat masalah dan g pernah memikirkan kader di bawahnya”… statement
yang cukup menghujam jantung. Dan statement yang cukup emosional menurutku.
Kita harus objektif dengan
kondisi sekarang, memang hal yang paling besar tantangannya sekarang adalah
tentang opini masyarakat, setiap orang punya perbedaan cara berfikir. Dan bagi
mereka ini adalah “catatan besar dan garis bawah yang tebal”. Tapi kalau kader
saja panas dan tak bisa mendinginkan kepala dan hatinya bagaimana masyarakat di
luar sana? Memposisikan diri berhadapan dengan masyarakat memang sulit, tapi
sampaikanlah kondisi sebenarnya kepada masyarakat. Karna masyarakat tak bodoh,
dan masyarakat percaya dengan media. Kerja dakwah itu tak mudah, bukan hitungan
satu dua hari akan selesai dan tantangnnya bukan sekecil kita menyebrangi parit
kecil. “hati-hati saja bisa terpeleset apalagi bila tak hati-hati”.
Boleh kritis tapi tak menghakimi,
boleh bertanya tapi tak menjatuhkan. Memang banyak yang harus di evaluasi dan
dibenahi. Masyarakat bisa menilai dan membandingkan, dan masyarakat tak buta
dengan kesungguhan para kader mengajak pada kebaikan. Bukankah kita bekerja
untuk Dakwah, untuk Allah?
Mengapa akhirnya menggantungkan
semuanya kepada manusia yang penuh dengan alfa? Sekalipun ustad salah dan
memang terbukti salah, tak ada niatan dalam hati untuk mundur dari jalan dakwah
ini, “kami akan tetap bekerja” karna
kami bekerja untuk Allah.
Allah-lah sebaik baik pembuat scenario,
bila ini fitnah buka-kan-lah jalan untuk melewatinya, bila ini ujian dan
musibah semoga kami bisa mengambil hikmahnya, bila ini peringatan, mungkin kami
di ingatkan untuk mensucikan harta-harta kami dari hal-hal yang shubhat dan
haram, agar tidak tercampur dengan kerja-kerja dakwah kami. Allah-lah yang
lebih mengetahui apa yang terjadi. dan Allah-lah yang akan menampakkan yang hak
itu adalah hak, yg batil adalah batil.
“doa kami di setiap sujudnya
panjang kami, berikan lah kami pemimpin yang adil, pemimpin yang bijaksana,
pemimpin yang mendahulukan Allah dan Rasulnya di bandingkan siapa dan apapun di
dunia ini”… harapku, berhusnudzonlah dahulu,,, apapun bisa terjadi sekarang,
yang tak ada bisa di ada-adakan sekrang… kalau dunia skrang gila, inilah dunia.
Dunia tempat kita tinggal,di dunia yang penuh kegilaan.
tak ada jalan lain , kami akan tetap bekerja dan berkarya. Insya Allah
“masih di jalan yang sama”
Arfah 01022013