Dari abu Abdullah
Thariq bin Syihab Al Bajli Al Ahmasi ra. Bahwa seorang laki-laki bertanya
kepada Rasulullah saw. Dan ia meletakkan kakinya di sanggurdi “Jihad apa yang
paling Utama?” Rasulullah saw menjawab “kata-kata benar dikemukakan kepada
penguasa yang Zhalim”
Dakwah, kata
sederhana namun penuh tantangan dalam implementasinya. Dakwah tidak hanya
berbicara tentang kesukaanmu, hobymu atau sesuatu yang membuatmu bahagia. Tapi
ini berbicara tentang hakikat kehidupan sebenarnya. Bukan hanya bicara tentang
aku, kamu, atau kita. Tapi semuanya. Tentang semua apa yang ada di bumi dan
langit untuk menTauhidkanNya. Bukan bicara kesenangan dunia semata tapi
kehidupan kekal yang lebih bahagia nantinnya,,
Dakwah tak
terlepas dari wilayah siasah. Memasuki wilayah siasah merupakan yang mesti
dilalui oleh sebuah gerakan dakwah, terutama ketika system siasah mengalami
kerusakan parah dan didominasi ideology dan system siasah yang bathil. Apakah
kita masih gamang dengan kemestian ini, kemestian gerakan dakwah memasuki
wilayah siasah ?
Sering dikatakan
orang siasah bahwa siasah adalah dunia yang penuh ketegangan, intrik, dan
kekerasan. Dunia konflik yang hingar bingar dan penuh tantangan. Dunia siasah
juga dunia yang dekat dengan kekuasaan yang mengharuskan kecakapan
berkomunikasi. Didalamnya terdapat berbagai bentuk dan sifat manusia serta arus
pemikiran yang berbeda-beda dan berkembang sesuai ideology yang dipahaminya.
Tidak dapat dielakkan juga akan berhadapan dengan berbagai pergulatan
pemikiran, ide, komunikasi yang benar-benar menguras fikiranmu. Ya,, Benar -
benar menguras fikiranmu. Bahkan tidak mustahil terjadi bentrok fisik dalam
mempertahankan apa yang kita nilai benar.
Abu Ridha
mengatakan “memasuki wilayah siasah sama
artinya dengan memasuki wilayah komunikasi yang memerlukan kedewasaan dan
kematangan jiwa” dalam memasuki sebuah dunia yang penuh tantangan itu
diperlukan kesiapan psikologis para aktivisnya. Kesiapan psikologis dan
kematangan jiwa tersebut tergambar dalam kondisinya
ketika berjuang, pada saat meraih kemenangan, dan ketika menghadapi kekalahan.
Abu Ridha
mengatakan juga
“
dalam berjuang, ia tetap menjaga
posisinya sebagai pejuang sejati, tidak mudah terbawa arus sesaat. Dalam
dirinya terus tumbuh optimism walaupun dihadapnnya terbentang tantangan yang
sangat berat. Stabilitas kejiwaannya senantiasa teruji. Ketika memperoleh
kemenangan ia tidak terbawa gempita euphoria. Ketika dilanda kekalahan ia tidak
tenggelam dalam kesedihan dan kemurungan yang membuat frustasi. Tidak
mengambinghitamkan siapapun dan tidak pula mengalami degradasi moral yang
mengakibatkan keguncangan”
Apakah ini gambaran kita sekarang
ikhwah??
Ketika berjuang, apakah kita
berjuang dengan sekuat tenaga. Memaksimalkan semua kemampuan kita, atau kita
hanya diam saja menunggu takdir Allah. Bukankah ketika dakwah ini adalah cinta,
dy meminta segalanya darimu tanpa sisa,, semuanya… Hartamu, fikiranmu, waktumu,
bahkan jiwamu !!!
Ketika kita menang, bagaimana sikap
kita,,??
Masih ingat sirah tentang
penaklukan Mekkah. Ketika islam meraih kemenangan ketika itu tidak ada
penampakan euphoria, tidak ada penghinaan terhadap lawan yang dikalahkan, tidak
ada lagu sorak-sorai bergembira yang berlebihan, apalagi nada-nada penghinaan
terhadap yang dikalahkannya. Yang ada hanyalah Ucapan TASBIH dan ISTIGFAR…
renungkan ikhwah,, hanya ada tasbih dan istigfar,,,
Saat kekalahan,, kesiapan
psikologis sangat di butuhkan, bisakah kita menyikapi ini dengan kedewasaan. ayolah
bangkit dan berGeraklah. Bukan saatnya lagi menangisi, menyesali, menyalahkan
apa yang telah terjadi. Saatnya mengumpulkan kekuatan, fikiran, perbaiki pola
komuniksai, Susun strategi, perbaiki ukhwah dan yang lebih penting perbaiki
hubungan kita dengan Dzat yang memberikan kehidupan. Dan Allah tidak akan
membiarkan para pejuangnya terus menerus dirundung kesedihan karena kekalahan
dalam suatu pertempuran. Insya Allah, perkuat lagi “MENTAL” berjuang,, bangkitlah,
berjuanglah, bergeraklah..
“jika
kamu (pada perang Uhud) mendapt luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun
(pada perang badar) mendapt luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu Kami pergilirkan
diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan supaya Allah membedakan
orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu
dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zhalim” QS Ali Imran 140.
-Yang selalu Resah-