Selasa, 17 April 2012

Siasah II

Standard
Dari abu Abdullah Thariq bin Syihab Al Bajli Al Ahmasi ra. Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw. Dan ia meletakkan kakinya di sanggurdi “Jihad apa yang paling Utama?” Rasulullah saw menjawab “kata-kata benar dikemukakan kepada penguasa yang Zhalim”

Dakwah, kata sederhana namun penuh tantangan dalam implementasinya. Dakwah tidak hanya berbicara tentang kesukaanmu, hobymu atau sesuatu yang membuatmu bahagia. Tapi ini berbicara tentang hakikat kehidupan sebenarnya. Bukan hanya bicara tentang aku, kamu, atau kita. Tapi semuanya. Tentang semua apa yang ada di bumi dan langit untuk menTauhidkanNya. Bukan bicara kesenangan dunia semata tapi kehidupan kekal yang lebih bahagia nantinnya,,
Dakwah tak terlepas dari wilayah siasah. Memasuki wilayah siasah merupakan yang mesti dilalui oleh sebuah gerakan dakwah, terutama ketika system siasah mengalami kerusakan parah dan didominasi ideology dan system siasah yang bathil. Apakah kita masih gamang dengan kemestian ini, kemestian gerakan dakwah memasuki wilayah siasah ?
Sering dikatakan orang siasah bahwa siasah adalah dunia yang penuh ketegangan, intrik, dan kekerasan. Dunia konflik yang hingar bingar dan penuh tantangan. Dunia siasah juga dunia yang dekat dengan kekuasaan yang mengharuskan kecakapan berkomunikasi. Didalamnya terdapat berbagai bentuk dan sifat manusia serta arus pemikiran yang berbeda-beda dan berkembang sesuai ideology yang dipahaminya. Tidak dapat dielakkan juga akan berhadapan dengan berbagai pergulatan pemikiran, ide, komunikasi yang benar-benar menguras fikiranmu. Ya,, Benar - benar menguras fikiranmu. Bahkan tidak mustahil terjadi bentrok fisik dalam mempertahankan apa yang kita nilai benar.
Abu Ridha mengatakan “memasuki wilayah siasah sama artinya dengan memasuki wilayah komunikasi yang memerlukan kedewasaan dan kematangan jiwa” dalam memasuki sebuah dunia yang penuh tantangan itu diperlukan kesiapan psikologis para aktivisnya. Kesiapan psikologis dan kematangan jiwa tersebut tergambar dalam kondisinya ketika berjuang, pada saat meraih kemenangan, dan ketika menghadapi kekalahan.
Abu Ridha mengatakan juga
dalam berjuang, ia tetap menjaga posisinya sebagai pejuang sejati, tidak mudah terbawa arus sesaat. Dalam dirinya terus tumbuh optimism walaupun dihadapnnya terbentang tantangan yang sangat berat. Stabilitas kejiwaannya senantiasa teruji. Ketika memperoleh kemenangan ia tidak terbawa gempita euphoria. Ketika dilanda kekalahan ia tidak tenggelam dalam kesedihan dan kemurungan yang membuat frustasi. Tidak mengambinghitamkan siapapun dan tidak pula mengalami degradasi moral yang mengakibatkan keguncangan”
Apakah ini gambaran kita sekarang ikhwah??
Ketika berjuang, apakah kita berjuang dengan sekuat tenaga. Memaksimalkan semua kemampuan kita, atau kita hanya diam saja menunggu takdir Allah. Bukankah ketika dakwah ini adalah cinta, dy meminta segalanya darimu tanpa sisa,, semuanya… Hartamu, fikiranmu, waktumu, bahkan jiwamu !!!
Ketika kita menang, bagaimana sikap kita,,??
Masih ingat sirah tentang penaklukan Mekkah. Ketika islam meraih kemenangan ketika itu tidak ada penampakan euphoria, tidak ada penghinaan terhadap lawan yang dikalahkan, tidak ada lagu sorak-sorai bergembira yang berlebihan, apalagi nada-nada penghinaan terhadap yang dikalahkannya. Yang ada hanyalah Ucapan TASBIH dan ISTIGFAR… renungkan ikhwah,, hanya ada tasbih dan istigfar,,,
Saat kekalahan,, kesiapan psikologis sangat di butuhkan, bisakah kita menyikapi ini dengan kedewasaan. ayolah bangkit dan berGeraklah. Bukan saatnya lagi menangisi, menyesali, menyalahkan apa yang telah terjadi. Saatnya mengumpulkan kekuatan, fikiran, perbaiki pola komuniksai, Susun strategi, perbaiki ukhwah dan yang lebih penting perbaiki hubungan kita dengan Dzat yang memberikan kehidupan. Dan Allah tidak akan membiarkan para pejuangnya terus menerus dirundung kesedihan karena kekalahan dalam suatu pertempuran. Insya Allah, perkuat lagi “MENTAL” berjuang,, bangkitlah, berjuanglah, bergeraklah.. 
“jika kamu (pada perang Uhud) mendapt luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang badar) mendapt luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu  Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim” QS Ali Imran 140.

-Yang selalu Resah-

0 comments:

Posting Komentar