Selasa, 19 Juni 2012

(Kaderisasi Adalah AKU) Awalan yang tak tau kapan kesudahannya

Standard
Dakwah KAMMI adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa dipungkiri keberadaannya. Dakwah KAMMI merupakan bagian kecil dari bagian dakwah secara utuh, lahir dari nafas gerakan untuk kata perubahan, merubah untuk kondisi yang lebih baik lagi. Keberadaannya hadir bersama dengan keImanan seorang muslim yang meyakini Islam, risalah Rasulullah dan percaya akan pembalasan yang begitu dahsyat diakhir kelak. Bukan hanya membekali tentang bagaimana seharusnya politik itu berjalan namun ada hakikat yang lebih besar didandingkan hanya sekedar kata siyasah. Perjalanan memahami dakwah tak bisa hanya sehari dua hari atau sekali khatam membaca buku-buku tentang dakwah dan jihad. Lebih dari itu, kau yang mengalaminya sebagai bentuk tarbiyah, kau yang melakukannya sebagai konsekuensi apa yang kau pelajari, kau yang mengajarkannya sebagai bentuk dakwah bagi yang lain.
Bismillahirrahmanirrahim, kata pertama yang menjadi awalan untuk melangkahkan kaki untuk kata merantau dan merubah diri. Tak banyak bekal yang aku bawa namun yang sedikit ini memberikan kekuatan yang besar. Tak ada kata gentar dan takut, yang ada hanya kata-kata motivasi untuk meraih cita-cita. Malang, kota pertama aku menginjakkan kaki untuk kata merantau. Tempat pertama hanya ada aku dan diriku. Hanya ada aku dan cita-citaku tanpa ada seorangpun yang mengusik keberadaanku. Hanya ada aku dan kemandirianku. Enam tahun yang begitu mengispirasi. Namun enam tahun ini tidak ada apa-apanya dibandingkan perubahan dan pengorbanan yang telah ditorehkan oleh pendahulu-pendahulu dakwah ini. Enam tahun tentang mengukir sejarah tentang hidupku. Mungkin kata orang ini sesuatu yang biasa, tapi kataku ini luarbiasa, karna aku yang tau bagaimana aku menjalani proses ini. Tak banyak yang tau tapi aku tau pasti bagaimana perjalanan ini dimulai.
Tarbiyah, kata yang tak asing lagi bila diperdengarkan saat ini. Namun ini suatu proses belajar untuk merubah diri. Masih teringat jelas perkataan ayahku saat aku memutuskan untuk merantau.
“sudahlah mak, ga papa. Biarkan saja dia pergi merantau. Insya Allah kalau anak dah bisa sholat sendiri, insya Allah dia bisa hidup dimana saja, ga usah takut. Percaya aja dia ga akan buat yang macem-macem disana”

kata-kata yang cukup sederhana namun begitu berat untuk dipertanggungjawabkan. Kepercayaan dan keyakinan bahwa ada Allah yang akan menjagaku. Ada Allah yang akan menjadi sandaran hidupku. Dan keluarga yang pertama kali mengajarkan aku tentang ini. Apapun yang aku perbuat hanya Allah yang Tau. Cukup sederhana namun tetap membekas sampai hari ini.
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)” QS Al Maidah 55.
Kata-kata dasar aqidah dan kepercayaan bahwa ada Allah yang selalu melihat apapun yang kita lakukan. Tanpa terkecuali, dan ini hanya sedikit awalan bahwa azzam “lillahi ta’ala itu bersemayam kuat dalam hati”

0 comments:

Posting Komentar