Jumat, 01 Juni 2012

PERGI

Standard
Umi,, ini tetap terfikirkan dikepalaku
percakapan santai di dapur kecilmu kemarin..
cukup membekas rasanya sama halnya masakan gulai ayam yang kau masak kemarin untukku..
ya cukup membekas.

aku, tetap pada pendapatku bahwa aku harus pergi
tak ada alasan bagiku untuk tetap disini,
urusan dakwah? pasti ada pengganti, karna dimanapun aku, kewajiban itu tetap terpatri di dadaku,, aku takkan mati karna setiap jengkalnya adalah lahan dakwah bagiku.

kata yang menggelitik aku saat kau bilang "tak ada yang menahan kan?"
hahaha,, cukup menggelitikku saat memulai percakapan tentang tahan menahan,,
aku hanya tertawa,,, 
dan kau tak memberikan solusi apa-apa, tapi diammu memberikan makna yang berbeda
tatapanmu penuh harap yang nyata.

ya, aku tau aku menyukai tempat ini,,
Malang, tempat pertama kali aku menginjakkan kakiku untuk sebuah kata MERANTAU
tempat pertama kali aku merasakan hanya ada AKU dan DIRIKU
tempat pertama kali aku bisa akur dan bersyuro dengan DIRIKU tanpa ada yang mengganggu
tempat pertama kali aku bisa berjalan sendiri dengan DIRIKU 
dengan kataku, dengan jalanku, dengan prinsipku dan semua cita-citaku
banyak kenangan, banyak pelajaran dan banyak sejarah tentang cerita hidupku
tapi sudah saatnya aku pergi,,
aku tak tau pergi kemana yang pasti tak akan kembali ke kampung halaman sebelum membawa kebanggaan.
jiwaku jiwa berpetualang, aku akan mencari tempat PERANTAUAN yang lain

ya,, aku tau aku harus memutuskan ini, sama halnya dengan yang kau katakan
"anti mau HIDUP dimana?"

aku harus memutuskan aku kan hidup dimana?
dan mengakhiri perantauan di tempat dimana aku akan hidup.

kata-kata yang sederhana.
tapi masih kutentukan, dimanakah aku akan HIDUP?
bila kau tanya lagi, jawabanku masih sama "dimanapun"
dan keputusanku masih sama aku harus PERGI

-masih awalan cerita hidup yang sempat terlupakan, hanya tinggal memutuskan-

1 komentar:

  1. Kemanapun engkau pergi nantinya, semoga aku selalu ada dalam doamu :-)

    BalasHapus